Pages

Pages - Menu

Pages

Minggu, 16 Desember 2012

Memilih Oli Mesin Berdasar Standard SAE

Pertanyaan pemilik kendaraan bermotor tentang oli adalah seputar oli yang cocok untuk mesin kendaraannya, pakai mana ya, SAE 10W40 atau 5W30? SAE itu apa? Lalu itu semua apa artinya?

Konsumen sekarang lebih cerdas tidak percaya begitu saja terhadap saran produsen (dalam hal ini montir, bengkel, pabrikan) tanpa referensi bahkan penjelasan ilmiah. Indikasi oli mesin dijelaskan dengan mengukur kekentalan oli atau viskositas (viscosity). Viskositas adalah sifat fisik dari cairan atau gas pada nilai kecenderungannya untuk mengalir dalam jangka waktu tertentu, sehingga oli atau lubrikan yang memiliki viskositas tinggi disebut kental dan yang memiliki viskositas rendah disebut encer.
Fungsi Oli
Kegunaan oli adalah sebagai pelindung gesekan antarpermukaan, pada mesin untuk melubrikasi metal agar tidak terjadi keausan yang terlalu cepat sehingga mengurangi estimasi umur mesin, selain sebagai media gesek atau lubricant, oli juga berfungsi untuk melindungi material metal dari pengaruh oksidasi penyebab korosi. Pada mesin ruang bakar dalam (otomotif) tingkat viskositas menentukan optimalisasi kerja komponen-komponen mesin, jika terlalu encer pompa oil tidak akan mampu memberikan tekanan cukup supaya oli tersirkulasi ke seluruh komponen, selain itu juga tidak akan mampu menahan gaya gesek antarkomponen. Begitu pula jika oli terlalu kental pompa tidak mampu memberikan distribusi optimal akibat tekanan berlebihan dan pada keadaan penyalaan dingin (cold start) oli belum mencapai suhu optimal untuk melakukan pelumasan sehingga rentan terjadi keausan komponen. Jadi diperlukan keseimbangan tingkat viskositas oli dengan komponen sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pabrikan kendaraan tersebut.
Ada dua unit ukur yang digunakan untuk mengukur viskositas fluida; yaitu centipose (cP atau mPa*s) digunakan untuk menghitung pergerakan lapisan-lapisan fluida dengan menerapkan gaya horizontal, dikenal sebagai dynamic atau simple viscosity. Sedangkan satunya lagi adalah centistoke (cSt atau mm^2/s), dengan menerapkan gaya gravitasi dalam metode penghitungannya disebut sebagai kinematic viscosity dan merupakan cara penghitungan yang lebih sering digunakan dalam menentukan viskositas oli.
Untuk menghitung viskositas oli menggunakan alat kapiler yang disebut viscometer, yang biasanya terbuat dari tabung kaca. Oli dimasukkan pada bagian atas viscometer yang diberi tekanan udara, kemudian tekanan tersebut dilepakan lalu dihitung nilai kecepatan oli turun dimana oli yang memiliki viskositas tinggi akan mengalir pelan dan yang memiliki viskositas rendah akan mengalir cepat. Variasi penggunaan viskometer biasanya ditempatkan pada bak dengan mengaplikasikan suhu tertentu supaya ditemukan standard pengukuran viskositas sesuai dengan karakteristik komponen yang dilubrikasi.
SAE
Pada tahun 1911, di Amerika Serikat, dilakukan standardisasi viskositas oli yang digunakan untuk otomotif dibawah naungan Society of Automotive Engineers (SAE). Standard olipertama untuk otomotif disebut SAE J300 yang diukur dalam viscometer bersuhu 100 C (212 F) yang dianggap sebagai suhu kesesuaian mesin otomotif, standard itu dibagi menjadi lima tingkatan; SAE 10, 20, 30, 40, dan 50. tidak berapa lama sekitar tahun 1926 dilakukan penambahan tingkatan (SAE 60) dan penghitungan standard pada dua temperatur 130 F (55 C) dan 212 F (100 C).  Setelah itu riset dan metoda pengujian terus dilakukan sampai pada tahun 1952 terjadi perubahan standard yang signifikan yaitu dengan menambahkan metode ukur dingin atau winter yang kita kenal pada label oli dengan tulisan “W”. Pengukuran winter dilakukan karena timbulnya masalah performa oli pada cuaca dingin di negara empat musim di mana standard SAE membutuhkan waktu yang lebih lama dan optimalisasi performanya pada penyalaan dingin menghasilkan tingkatan 10, 15, 20, 25, 30. Masalah tidak selesai di sini saja, muncul masalah baru ketika penyesuaian SAE dilakukan pada minyak mentah, bahan pembuatan oli yang dihasilkan dari Timur Tengah ternyata performanya berbeda dengan yang dihasilkan dari Amerika walaupun memiliki standard SAE yang sama, lalu digunakanlah metode mengukur sifat viskositas oli berdasar ratio metric yang disebut dengan Viscosity Index. Sekarang rata-rata label oli menyantumkan dua tingkatan standard equivalen, misal; SAE 10W30, dimana dua digit pertama merujuk pada pengujian dingin (-25 C) dan yang berikutnya standard 30 yang menghitung flow rate berdasar pengujian 100 C. Tidak peduli klaim pabrikan oli yang menyatakan penambahan zat adititif yang meningkatkan performa oli, label SAE adalah standardnya. Untuk lebih jelas lihat tabel.
Tips memilih Oli
Saat kita memilih oli ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan diantaranya; rujukan pabrikan kendaraan oli yang harus digunakan, namun konsumen jarang diberikan penjelasan menyeluruh oli apa yang harus digunakan karena apabila pabrikan memiliki produk oli sendiri mereka akan menyebut merk saja tanpa menjelaskan spesifikasinya, kemudian saat memilih oli harus memperhatikan iklim dimana kita tinggal dan kemungkinan menggunakan kendaraan, karena apabila memilih oli yang memiliki nilai W terlalu tinggi atau terlalu rendah akibatnya tidak baik untuk performa mesin, dan yang terakhir jangan terpaku atau percaya merk serta iklan, walaupun merk tertentu menggambarkan produknya memiliki proteksi bagus namun jika viscosity indexnya tidak sesuai iklim hasilnya akan percuma. Bukan soal oli impor atau harganya yang mahal, oli produk dalam negeri pun banyak yang berkualitas dan memiliki kesesuaian viskositas untuk performa mesin.
Dan jangan lupa! Ganti oli yang rutin, catat kilometer saat pengisian sehingga kita tahu kapan harus ganti oli berikutnya, rata-rata ahli otomotif menyarankan penggantian setiap 3000 – 5000 km, walaupun beberapa merk oli mengklaim bisa mencapai angka lebih seperti 7500 sampai dengan 10,000 km, namun menurut kami itu adalah toleransi maksimal bukan fungsi optimal dari oli tersebut. Jangan sampai terjadi black death atau oil sludge di mesin kendaraan anda.