Pertanyaan
pemilik kendaraan bermotor tentang oli adalah seputar oli yang cocok untuk
mesin kendaraannya, pakai mana ya, SAE 10W40 atau 5W30? SAE itu apa? Lalu itu
semua apa artinya?
Konsumen sekarang
lebih cerdas tidak percaya begitu saja terhadap saran produsen (dalam hal ini
montir, bengkel, pabrikan) tanpa referensi bahkan penjelasan ilmiah. Indikasi
oli mesin dijelaskan dengan mengukur kekentalan oli atau viskositas
(viscosity). Viskositas adalah sifat fisik dari cairan atau gas pada nilai
kecenderungannya untuk mengalir dalam jangka waktu tertentu, sehingga oli atau
lubrikan yang memiliki viskositas tinggi disebut kental dan yang memiliki
viskositas rendah disebut encer.
Fungsi Oli
Kegunaan oli
adalah sebagai pelindung gesekan antarpermukaan, pada mesin untuk melubrikasi
metal agar tidak terjadi keausan yang terlalu cepat sehingga mengurangi
estimasi umur mesin, selain sebagai media gesek atau lubricant, oli juga
berfungsi untuk melindungi material metal dari pengaruh oksidasi penyebab
korosi. Pada mesin ruang bakar dalam (otomotif) tingkat viskositas menentukan
optimalisasi kerja komponen-komponen mesin, jika terlalu encer pompa oil tidak
akan mampu memberikan tekanan cukup supaya oli tersirkulasi ke seluruh
komponen, selain itu juga tidak akan mampu menahan gaya gesek antarkomponen.
Begitu pula jika oli terlalu kental pompa tidak mampu memberikan distribusi
optimal akibat tekanan berlebihan dan pada keadaan penyalaan dingin (cold
start) oli belum mencapai suhu optimal untuk melakukan pelumasan sehingga
rentan terjadi keausan komponen. Jadi diperlukan keseimbangan tingkat
viskositas oli dengan komponen sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
pabrikan kendaraan tersebut.
Ada dua unit ukur
yang digunakan untuk mengukur viskositas fluida; yaitu centipose (cP atau mPa*s)
digunakan untuk menghitung pergerakan lapisan-lapisan fluida dengan menerapkan
gaya horizontal, dikenal sebagai dynamic atau simple viscosity. Sedangkan
satunya lagi adalah centistoke (cSt atau mm^2/s), dengan menerapkan gaya
gravitasi dalam metode penghitungannya disebut sebagai kinematic viscosity dan merupakan
cara penghitungan yang lebih sering digunakan dalam menentukan viskositas oli.
Untuk menghitung
viskositas oli menggunakan alat kapiler yang disebut viscometer, yang biasanya
terbuat dari tabung kaca. Oli dimasukkan pada bagian atas viscometer yang
diberi tekanan udara, kemudian tekanan tersebut dilepakan lalu dihitung nilai
kecepatan oli turun dimana oli yang memiliki viskositas tinggi akan mengalir
pelan dan yang memiliki viskositas rendah akan mengalir cepat. Variasi
penggunaan viskometer biasanya ditempatkan pada bak dengan mengaplikasikan suhu
tertentu supaya ditemukan standard pengukuran viskositas sesuai dengan
karakteristik komponen yang dilubrikasi.
SAE
Pada tahun 1911,
di Amerika Serikat, dilakukan standardisasi viskositas oli yang digunakan untuk
otomotif dibawah naungan Society of Automotive Engineers (SAE). Standard
olipertama untuk otomotif disebut SAE J300 yang diukur dalam viscometer bersuhu
100 C (212 F) yang dianggap sebagai suhu kesesuaian mesin otomotif, standard
itu dibagi menjadi lima tingkatan; SAE 10, 20, 30, 40, dan 50. tidak berapa
lama sekitar tahun 1926 dilakukan penambahan tingkatan (SAE 60) dan
penghitungan standard pada dua temperatur 130 F (55 C) dan 212 F (100 C). Setelah itu riset dan metoda pengujian terus
dilakukan sampai pada tahun 1952 terjadi perubahan standard yang signifikan
yaitu dengan menambahkan metode ukur dingin atau winter yang kita kenal pada
label oli dengan tulisan “W”. Pengukuran winter dilakukan karena timbulnya
masalah performa oli pada cuaca dingin di negara empat musim di mana standard
SAE membutuhkan waktu yang lebih lama dan optimalisasi performanya pada
penyalaan dingin menghasilkan tingkatan 10, 15, 20, 25, 30. Masalah tidak
selesai di sini saja, muncul masalah baru ketika penyesuaian SAE dilakukan pada
minyak mentah, bahan pembuatan oli yang dihasilkan dari Timur Tengah ternyata
performanya berbeda dengan yang dihasilkan dari Amerika walaupun memiliki
standard SAE yang sama, lalu digunakanlah metode mengukur sifat viskositas oli
berdasar ratio metric yang disebut dengan Viscosity Index. Sekarang rata-rata
label oli menyantumkan dua tingkatan standard equivalen, misal; SAE 10W30,
dimana dua digit pertama merujuk pada pengujian dingin (-25 C) dan yang
berikutnya standard 30 yang menghitung flow rate berdasar pengujian 100 C.
Tidak peduli klaim pabrikan oli yang menyatakan penambahan zat adititif yang
meningkatkan performa oli, label SAE adalah standardnya. Untuk lebih jelas
lihat tabel.
Tips memilih Oli
Saat kita memilih
oli ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan diantaranya; rujukan
pabrikan kendaraan oli yang harus digunakan, namun konsumen jarang diberikan penjelasan
menyeluruh oli apa yang harus digunakan karena apabila pabrikan memiliki produk
oli sendiri mereka akan menyebut merk saja tanpa menjelaskan spesifikasinya,
kemudian saat memilih oli harus memperhatikan iklim dimana kita tinggal dan
kemungkinan menggunakan kendaraan, karena apabila memilih oli yang memiliki
nilai W terlalu tinggi atau terlalu rendah akibatnya tidak baik untuk performa
mesin, dan yang terakhir jangan terpaku atau percaya merk serta iklan, walaupun
merk tertentu menggambarkan produknya memiliki proteksi bagus namun jika
viscosity indexnya tidak sesuai iklim hasilnya akan percuma. Bukan soal oli
impor atau harganya yang mahal, oli produk dalam negeri pun banyak yang berkualitas dan
memiliki kesesuaian viskositas untuk performa mesin.
Dan jangan lupa!
Ganti oli yang rutin, catat kilometer saat pengisian sehingga kita tahu
kapan harus ganti oli berikutnya, rata-rata ahli otomotif menyarankan
penggantian setiap 3000 – 5000 km, walaupun beberapa merk oli mengklaim bisa
mencapai angka lebih seperti 7500 sampai dengan 10,000 km, namun menurut kami
itu adalah toleransi maksimal bukan fungsi optimal dari oli tersebut. Jangan
sampai terjadi black death atau oil sludge di mesin kendaraan anda.