1. Pengertian Humanisme
Dalam teori humanisme
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini
melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik
yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan
kemampuan yang positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan
pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan
karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang
dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana
memanusiakan manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi
diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
2. Ciri-ciri Teori
Humanisme
Pendekatan humanisme
dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus
pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya
dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal
sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri,
menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan
membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan
karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar
humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun
ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Ada salah satu ide
penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus mampu untuk mengarahkan
dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa mengetahui apa
yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat memahaminya.
Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka akan belajar.
Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil
belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme memandang belajar sebagai sebuah
proses yang terjadi dalam individu yang meliputi bagian/domain yang ada yaitu
dapat meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dengan kata lain,
pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi
terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode
pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai
kemanusiaan siswa. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam pembelajaran
lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan,
kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran
sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan
tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.
3. Tokoh Humanisme
Ada beberapa pendapat
para ahli mengenai teori belajar huamanisme yaitu diantaranya :
1. Arthur Combs
(1912-1999)
Arthur Combs bersama
dengan Donald Syngg menyatakan bahwa belajar terjadi apabila mempunyai arti
bagi individu tersebut. Artinya bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru tidak
boleh memaksakan materi yang tidak disukai oleh siswa. Sehingga siswa belajar
sesuai dengan apa yang diinginkan tanpa adanya paksaan sedikit pun. Sebenarnya
hal tersebut terjadi tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan sesautu yang tidak akan memberikan kepuasan bagi dirinya.
Sehingga guru harus
lebih memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa
tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha
merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan
seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan
dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun
dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran
itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa diri siswa untuk memperoleh
arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan
kehidupannya.
2. Maslow
Teori Maslow
didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal : suatu usaha
yang positif untuk berkembang; kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan
itu.
Maslow mengemukakan
bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut
seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi
di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan,
keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri
menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Maslow membagi
kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah
dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia
dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow
ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada
waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar
ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
3. Carl Roger
Seorang psikolog
humanism yang menekankan perlunya sikap salaing menghargai dan tanpa prasangka
dalam membantu individu mengatasi masalah-masalahkehidupannya. Menurut Rogers
yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan
prinsip pendidikan dan pembelajaran.
Ada beberapa Asumsi
dasar teori Rogers adalah: Kecenderungan formatif; Segala hal di dunia baik
organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil;
Kecenderungan aktualisasi; Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak
menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual
mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
4. Aplikasi dan
Implikasi Humanisme
a. Guru Sebagai
Fasilitator
Psikologi humanisme
memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
1. Fasilitator
sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas
2. Fasilitator
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam
kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3.Dia mempercayai
adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang
bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam
belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan
sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa
untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan
dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan
oleh kelompok.
6. Di dalam
menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi
yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi
dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca
penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan
sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan
turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang
lain.
8. Dia mengambil
prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya
dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
Aplikasi Teori
Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori
humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan
sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif.
Pembelajaran
berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin
atau etika yang berlaku.
MAKALAH LAIN
A. Pengertian Teori
Belajar Humanistik.
Dalam teori belajar
humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini
sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini
lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya
yang paling ideal. Dengan kata lain,
teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal
dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam
dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk
“memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat
tercapai.[1]
Dalam teori belajar
humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya
dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat
laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar
ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya.[2]
Tujuan utama para
pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka.[3]
Menurut hemat kami,
Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya.
B. Tokoh Teori
Humanistik
1. Carl Rogers
Carl R. Rogers kurang
menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai
fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya
tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun
emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa
motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.[4]
Roger membedakan dua
ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan (2) belajar yang tidak
bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran
melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak
bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan
tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
Bagaimana proses
belajar dapat terjadi menurut teori
belajar humanisme?. Orang belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu
memilih sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya
sendiri, dan menilainya sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil.
Menurut Roger,
peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme
adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu menciptakan
iklim kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif terhadap belajar, (2)
membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan
kepada siswa untuk belajar, (3) membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan dan
cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan berbagai
sumber belajar kepada siswa, dan (5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta
perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya.[5]
2. Arthur Combs
Belajar terjadi bila
mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak
disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika
atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa
sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk
itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan
sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus
memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut
sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada.[6]
Perilaku internal
membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru
membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah
menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana
membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran
tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan
lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan
kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari
persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh
peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap
perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin
mudah hal itu terlupakan.[7]
C. Prinsip-prinsip
Teori Belajar Humanistik
Beberapa prinsip
Teori belajar Humanistik:[8]
Manusia mempunyai belajar alami
Belajar signifikan terjadi apabila materi
plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam
persepsi mengenai dirinya.
Tugas belajar yang mengancam diri ialah
lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
Bila bancaman itu rendah terdapat
pangalaman siswa dalam memperoleh cara.
Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam
proses belajar
Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya
dapat memberi hasil yang mendalam
Kepercayaan pada diri pada siswa
ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
Belajar sosial adalah belajar mengenai
proses belajar
Roger sebagai ahli
dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar yang penting
yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa
ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk
mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar akan cepat dan lebih
bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan siswa, (3) belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi
ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada
belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas
pengarahan diri sendiri, (5) belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan
keseluruhan pribadi, pikiran maupun
perasaan akan lebih baik dan tahan lama,
dan (6) kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat
ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu penting.
D. Aplikasi Teori
Belajar Humanistik
Aplikasi teori
humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran. [9]
Siswa berperan
sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif.
Tujuan pembelajaran
lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang
umumnya dilalui adalah :
Merumuskan tujuan belajar yang jelas
Mengusahakan partisipasi aktif siswa
melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
Mendorong siswa untuk mengembangkan
kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis,
memaknai proses pembelajaran secara mandiri
Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan
pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan
menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
Guru menerima siswa apa adanya, berusaha
memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong
siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses
belajarnya.
Memberikan kesempatan murid untuk maju
sesuai dengan kecepatannya
Evaluasi diberikan secara individual
berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi
ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan
terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan
menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
E. Implikasi Teori
Belajar Humanistik
Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi
perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan
berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari
beberapa (petunjuk):[10]
a) Fasilitator
sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas
b) Fasilitator
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam
kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c) Dia mempercayai
adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang
bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam
belajar yang bermakna tadi.
d) Dia mencoba
mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah
dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e) Dia menempatkan
dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan
oleh kelompok.
f) Di dalam
menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi
yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi
dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
g) Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap,
fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut
berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya
sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
h) Dia mengambil
prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya
dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
i) Dia harus tetap
waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam
dan kuat selama belajar
j) Di dalam berperan
sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan
menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Ciri-ciri guru yang
fasilitatif adalah :
Merespon perasaan siswa
Menggunakan ide-ide siswa untuk
melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
Menghargai siswa
Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa
(penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
Tersenyum pada siswa
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Demikian yang dapat
kami berikan kepada sahabat-sahabat mahasiswa, dapat kami berikan sedikit
kesimpulan awal, bahwa:
Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori
dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta
peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya
Tokoh dalam teori ini adalah C. Roger dan
Arthur Comb.
Aplikasi dalam teori ini, Siswa diharapkan
menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
Serta guru hanya sebagai fasilitator.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
Merespon perasaan siswa
Menggunakan ide-ide siswa untuk
melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
Menghargai siswa
Kesesuaian antara perilaku dan
perbuatan
Menyesuaikan isi kerangka berpikir
siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
Tersenyum pada siswa
DAFTAR RUJUKAN
Dakir, Prof.Drs. Dasar-dasar Psikologi.
Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993.
Uno, Hamzah.
Orientasi baru Dalam Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Bumi aksara, 2006.
Hadis, Abdul.
Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006 .
http://novinasuprobo.wordpress.com/2008/06/15/teori-belajar-humanistik/
http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/teori-humanistik.html
[1] Hamzah B. Uno,
Orientasi baru Dalam Psikologi Perkembangan ( Jakarta: Bumi aksara, 2006 ), 13.
[2]
http://novinasuprobo.wordpress.com/2008/06/15/teori-belajar-humanistik/
[3] Ibid.,
[4] Abdul Hadis,
Psikologi Dalam Pendidikan ( Bandung: Alfabeta, 2006 ), 71.
[5] Ibid., 72.
[6]
http://novinasuprobo.wordpress.com/2008/06/15/teori-belajar-humanistik/
[7] Ibid.,
[8] Ibid.,
[9]
http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/teori-humanistik.html
[10] Prof.Drs.Dakir,
Dasar-dasar Psikologi.( Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993), 64.
MAKALAH LAIN
Menurut Teori
humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses belajar
dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para
pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Para ahli humanistik
melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :
1. Proses pemerolehan
informasi baru,
2. Personalia
informasi ini pada individu.
Tokoh penting dalam
teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur W.
Combs, Abraham Maslow
dan Carl Rogers.
a. Arthur Combs
(1912-1999)
Bersama dengan Donald
Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan.
Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar
terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang
tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Anak tidak bisa
matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan
terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan
kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus
memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut
sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang
dari yang lain.
Combs berpendapat
bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar
apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal
arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah
bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi
pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan
lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan
kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari
persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh
peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap
perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin
mudah hal itu terlupakan.
Maslow
Teori Maslow
didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang
positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk
melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan
bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
hirarkis.
Pada diri masing-masing
orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah
ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan
untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua
kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu
juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi
kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah
dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia
dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan ras aman dan seterusnya.
Hierarki kebutuhan
manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus
diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa
perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si
siswa belum terpenuhi.
Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8
Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari enam
bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke
bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan
mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis
di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.
Gelar profesor
diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya,
Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep
Client-Centerd Therapy.
Rogers membedakan dua
tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif
(kebermaknaan)
2. experiential (
pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungan
pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin
dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada
pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning
mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh
siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang
terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan
prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia
berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar
tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan
mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan
pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang
bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian
bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang
bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom
To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting
diantaranya ialah :
a. Manusia itu
mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang
signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi
dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang
menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas
belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan
apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman
terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara
yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang
bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar
diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar inisiatif
sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek,
merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan
terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama
jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan
penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang
paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai
proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan
terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers
diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru
untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan
balik positif.
Ciri-ciri guru yang
fasilitatif adalah :
1. Merespon perasaan
siswa
2. Menggunakan
ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan
berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara
perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi
kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari
siswa)
7. Tersenyum pada
siswa
Dari penelitian itu
diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan
angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi
tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada
peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat
berpikir yang lebih tinggi.
Humanistik tertuju
pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh
maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka
sendiri.
Prinsip- prinsip
belajar humanistik:
1. Manusia mempunyai
belajar alami
2. Belajar signifikan
terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan
maksud tertentu
3. Belajar yang
menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4. Tugas belajar yang
mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
5. Bila bancaman itu
rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh caar
6. Belajar yang
bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
7. Belajar lancer
jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang
melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada
diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10. Belajar sosial
adalah belajar mengenai proses belajar
BAB 9
TEORI BELAJAR
HUMANISTIK
Teori belajar
Humanistik memandang bahwa:
- Fokus utamanya adalah hasil pendidikan yang
bersifat afektif, belajar tentang cara- cara belajar dan meningkatkan
kreativitas dan semua potensi peserta didik.
- Hasil belajarnya adalah kemampuan peserta didik
mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi
individu yang mampu mengarahkan diri sendiri dan mandiri.
- Pentingnya pendekatan pendidikan di bidang
seni dan hasrat ingin tahu.
- Pendekatan humanistik kurang menekankan pada
kurikulum standar, perencanaan pembelajaran, ujian, sertifikasi pendidik dan
kewajiban hadir di sekolah.
- Pendekatan humanistik mengkombinasikan
metode pembelajaran individual dan kelompok. Pendidik memiliki status
kesetaraan dengan peserta didik.
- Pendekatan humanistik memelihara kebebasan
peserta didik untuk tumbuh dan melindungi peserta didik dari tekanan keluarga
dan masyarakat.
- Penggunaan pendekatan humanistik dalam
pendidikan akan memungkinkan peserta didik menjadi individu yang beraktualisasi
diri.
PRINSIP-PRINSIP
BELAJAR
1. Swa arah
Prinsip swa arah
menyatakan bahwa sekolah hendaknya memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk memutuskan bahan belajar yang ingin dipelajari.
2. Belajar tentang
cara-cara belajar
Sekolah hendaknya
menghasilkan anak-anak yang secara terus menerus menumbuhkan keinginannya untuk
belajar dan mengetahui cara-cara belajar.
3. Evaluasi diri
Evaluasi yang
dilakukan sekolah atau pendidik yang diakhiri dengan kenaikan kelas dan
kelulusan dipandang sebagai tindakan yang mengganggu aktivitas belajar peserta
didik. Instrumen evaluasi yang diwujudkan dalam bentuk tes dipandang tidak
relevan dengan pendekatan humanistik.
4. Pentingnya
perasaan
Pendekatan humanistik
tidak membedakan domain kognitif dan afektif dalam belajar. Kedua domain itu
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
5. Bebas dari ancaman
Belajar akan jadi
lebih mudah, lebih bermakna dan lebih diperkuat apabila belajar itu terjadi
dalam suasana yang bebas dari ancaman.
Sumber: Rifai, Achmad
dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press